“Sekarang tinggal babak penentuan
sipakah yang akan jadi pemenang Aghita Melanie dari SMA Putri 12 atau Riska
Victori dari SMA Harapan Nusa. Kita saksikan bersama-sama, kita lihat Agitha
mulai member servis…” ujar sang komentator. Agitha terlihat lelah sekali.
Sekujur tubuhnya penuh dengan keringat. Sebenarnya dia sudah tidak kuat. Belum
lagi tangan kananya yang mengalami cedera akibat kejadian waktu itu. “Gue harus
kuat. Gue harus menang”, serunya dalam hati. Ia pun memulainya dengan member
servis. “Kita lihat penonton, Riska membalasnya, Agitha pun tidak mau kalah.
Dan, oh… itu kesempatan untuk memberikan smash….”. Agitha pun meloncat dan….
Kriingg…kriingg suara alarm berbunyi. Agitha lalu bangun dan terkejut. Ia baru
sadar ternyata itu hanya mimpi. Ia segera mematikan alarm tersebut dan menuju
kamar mandi. Sebelumnya, ia mengambil handuk yang tergantung di dekat
lemarinya. Ia tertegun melihat foto-foto itu. “Gue mimpi yang sama lagi,
padahal itu udah 4 Tahun yang lalu. Bahkan gue udah mulai lupa soal….”. disaat
itulah pintu kamarnya terbuka. Tampak Ryan, adiknya sedang terengah-engah.
“Kak, ada apa?” Ryan lalu menarik tangan
Agitha menuju ruang itu. Disana Ibunya sedang sibuk menyiapkan sarapan. “Loh,
loh ada apa ini Ryan, kenapa kamu tarik-tarik tangan Kakakmu”, Tanya Ibu.
“Aduh, Ibu minggir dulu. Ada yang penting”, seru Ryan lalu menyalakan TV dan
mencari-cari Channel. Agitha lalu bingung melihat adiknya yang sedang sibuk
tersebut. “Githa, kamu udah mandi? Mandi dulu sana. Anak perawan kok belum
mandi”, kata sang Ibu. “Tadinya aku mau mandi, Bu. Tapi si Ryan udah….”
Kata-katanya dipotong oleh Ryan. “kak, lihat tuh lihat!” Ryan menunjuk-nunjuk
Televisi. Agitha lalu terdiam tanpa geming melihat siaran pada channel
tersebut. Ia menelan ludahnya. “riska Victori kembali menjadi juara pertama
Uber Cup Kelas Putri Tahun ini setelah 4 Tahun berturut-turut semenjak
mengalahkan pebulutangkis handal tingkat SMA yaitu Agitha Melanie 4 Tahun
lalu…” ujar sang komentator. Agitha lalu teringat saat-saat yang merubahkan
nasibnya tersebut. “Agitha melompat dan…. Wah, saying sekali smashnya kurang
kuat dan menyebabkan Riska Victori dari SMA Harapan Nusa sebagai pemenang”,
kata sanag komentator. “Hore, akhirnya gue menang”, ujar Riska senang. Agitha
hanya diam melihat kemenangan Riska sambil memegang lengan sebelah kanannya. Ia
lalu mengalihkan pandangannya pada teman-temannya, guru, dan keluarga terutama
pada Ayahnya, sang Pelatih . mereka semua kecewa akan kekalahan Agitha.
Terutama Ayahnya langsung pergi begitu saja, ketika Agitha menatapnya.
***
Githa, loe dah kerjain tugas yang
dikasih Pak Rozak, kan?” Tanya Bima. Agitha tidak menghiraukan pertanyaan Bima.
Ia malah melamun mengingat kejadian tadi pagi. “Git, Githa….” Seru Bima. “A…
apa Bim?” Tanya Agitha. “Kok loe bengong sih, gue nanya loe udah kerjain tugas
Pak. Rozak, kan?” Tanya Bima lagi. “Oh, udah kok”, jawab Agitha pelan. Ia
kembali melamun. Bima, sahabatnya dari SMA mengamati raut wajah Agitha. “Bim”,
Tanya Agita. “A…apa?” ujar Bima yang kikuk karena dia tadi mengamati wajah
Agitha dengan seksama. “Loe lihat acara Uber Cup tadi pagi gak?” Tanya Agitha
dengan pandangan kosong. “Oh, gue lihat kok. Jangan-jangan itu yang lagi loe
pikirin ya?” Tanya Bima penasaran. Lalu Agitha berdiri dan beranjak pergi.
“Githa”, seru Bima. Dan disitulah muncul para gadis-gadis nyebelin di muka bumi
ini. Cewek-cewek yang ngerasa dirinya itu 10 sementara yang lain 0 besar. “Hai,
Agitha tadi pagi loe lihat acara pengumuman pemenang Uber Cup kan?” ujar Nira
dengan genit. “Absolutely, dong. Masa
sih seorang Agitha Melanie gak ngeliat waktu ‘ Risak Vactori’ menang untuk ke
empat kalinya”, ujar sang Nenek Bawel, Diana. “Iya, gue lihat!terus kenapa?”
jawab Agitha datar. “OMG, Agitha, please ya. Walau itu cumin acara ulangan doing.
Tapi loe lihat dong. Temen gue gitu si cantik Riska victori menang lagi. Itu
amazing banget!” seru Diana lebay. “Ya, walau baru 4 kali sih, tapi loe tahu
gak dia itu bisa ngeraih Uber Cup selama 4 kali setelah ngalahin loe, Agitha
Melanie”, seru mereka bersamaan. Agitha merasa air matanya mulai merebak .
“Githa, loe ngapain sih dengerin cewek-cewek
centil nan ganjen ini. Mending kita ke kelas. Ayo Bima menarik tangan
Agitha. “Aduh, Bima. Ngapain sih loe masih stay sama cewek yang malu-maluin
kayak dia. Mending loe sama kita-kita aja”, ujar 2 nenek ganjen itu lagi.
Ketika Bima mengajak Agitha untuk pergi di situlah muncul Riska Victori. “hai,
Githa”, seru Riska. “Ri…Riska…” Agitha terkejut. “Kok loe, udah…” Tanya Bima
bingung. “Loe pasti bingung, kenapa tiba-tiba gue udah di kampus. Acara Uber
Cup tadi pagi cumin di ulang doang. And gue sebenarnya baru pulang tadi pagi
sih. Tapi karena karena gue (melirik kea rah Agitha) pengen banget ketemu teman
gue yang baik ini, Agitha. Jadi, gue buru-buru ke kampus”, seru Riska dengan
senyum mengandung makna tersebut. “Oh, iya Githa. Thank’s banget loh, waktu itu
loe mau kalah buat gue. Jadinya kan sekarang gue bisa rasain yang namanya jadi
pemenang”, tambahnya. Agitha kembali menahan air matanya. “Oh, gitu ya. Gita, (menarik
tangan Agitha dan memeluknya) kita kekantin aja yuk”, ajak Bima. Raut wajah
Riska berubah nampaknya dia menyukai Bima dan kesal melihat Bima memeluk
Agitha. Agitha pun aneh melihat tingkah Bima. “Oh, ya Riska selmata ya atas
kemenangan loe, bye”, ucap Bima. “Bima, kok loe gitu sih”, seru Riska. “Bim,
lepasin gue dong. Riska selamat ya atas kemenangan kamu. Aku ikut senang. Dan
aku gak ada apa-apa kok sama Bima”, ujar Agitha. Bima lalu bertanya, kok loe
ngomong gitu sih, Git?”. “Pokoknya, loe gak usah cemas Ris”, ujar Agitha lalu
pergi meninggalkan Bima dan Riska. “Githa…Agitha…” panggil Bima. “Bima, udah
biarin aja. Mending loe sama gue” saran Riska. “Apaan sih loe” seru Bima. Lalu
mengejar Agitha. “Bima….Argghhh, awas loe Git!!” seru Riska kesal.
***
“Githa, (Bima menarik tangan
Agitha) loe kenapa sih?” Tanya Bima. Agitha diam dan ia mulai menangis. “Gue,
gue gak tahan lagi. Gue gak tahan Bim”, seru Agitha. “githa, loe tenang aja.
Gue akan selalu ada disamping loe”, ujar Bima lembut. “Bima, loe lihat kan,
Riska udah menang dari gue dan dia udah ngambil semuanya, terus….” Agitha
menghentikan kata-katanya. “Terus apa? Lanjutin Git!” Bima penasaran. Lalu
Agitha duduk, dia menangis. “Kalau aja, waktu itu gue gak pergi ke tempat itu.
Dan kalau aja, gue ngebiarin anak itu dan kalau aja gue gak jatuh dengan lengan
kanan sebagai penahan dan kalau aja lukanya gak parah. Gue pasti udah bisa
menang. Iya, kan Bima?” Tanya Agitha. “Git, itu semua udah terjadi. Jadi, loe
enggak usah terus menerus menyalahkan diri loe sendiri. Udah lupain aja”, hibur
Bima. Agitha diam sejenak. Semilir angin dating menyapu rambut Agitha yang
dikuncir kuda. Bima mengamati wajah Agitha, ia sedih karena wajah itu tidak
sama seperti dulu. “Seharusnya, gue enggak jadi orang baik. Harusnya gue jadi
orang yang gampang sedih melihat orang lain menderita. Harusnya gue jadi orang
sombong, angkuh, dan gue gak peduli sama orang lain”, ucap Agitha dingin. Bima
tidak percaya dengan apa yang baru diucapkan Agitha. Ia lalu berkata, “Jadi,
maksud loe. Loe mau kayak si Riska. Angkuh, sombong, ambisius, dan gak peduli
hal apa pun, gitu”, Tanya BIma. Suaranya meninggi. “Tapi, dengan begitu. Dia
bisa menang, kan? Dengan gak peduli sama orang lain, dia bisa berhasil, kan?
Suara Agitha pun mulai meninggi. “Oke, loe jadi dia aja, Gita yang sombong, angkuh, ambisius, dan lainnya. Loe emang udah berubah bukan
kayak Agitha yang gue kenal”, seru Bima sengit. “Gue emang udah berubah. Loe
lihat dong, Bim. Semua orang ngelecehin gue. Semua orang menganggap gue
pecundang. Sampai-sampai Ayah gue, Bim. Ayah gue ninggalin gue sama nyokap dan
adik gue. Itu gara-gara gue kalah…” tambah Agitha. “Cukup, cukup Agitha. Gue
gak mau denger lagi. Sekarang semua terserah loe”, setelah mengatakan itu Bima
pergi meninggalkan Agitha sendirian. Agitha semakin menangis dan tangisannya
semakin kencang. “Ayah, maafin Agitha. Maaf Yah”, ucap Agitha lirih.