“Bangun Yoon Hye, ayo bangun anak
nakal“ ku dengar suara Ibu memanggilku sambil membuka jendela kamar. “Yoon Hye,
lihat sudah siang, matahari sudah ada di tengah. Apa kau tidak mau sekolah?”
ujarnya sambil menarik-narik selimutku. “Ah Ibu, aku masih mengantuk”, ujarku
menarik kembali selimut bergambar bunga lily tersebut. Ibu mensengus sejenak.
“Baik jika itu keinginanmu, Ibu akan
membakar saja semua karikatur inggris yang baru saja dating itu”. Ibu pun
keluar dari kamar. “Hah, karikatur? Apa sudah dikirim pikirku langsung keluar
kamar dengan cepat menyusul Ibu. “Ibu, ibu, jangan dibakar dulu, Ibu “Kulihat
Ibu tersenyum menatapku. “Hmm, kau ini benar-benar, hanya mau keluar dari kamar
jika Ibu mengancam? Dasar anak nakal, cepat mandi nanti kau telat ke sekolah”,
perintahnya lalu pergi menuju dapur. “Ibu, aku…… “Tanya Yoon Hye lalu terpotong
oleh teriakan ibu yang memanggil namanya.
***
“Wah, bagus sekali Bu, kapan ini
sampai?” Tanya ku sambil memakan kimichi kesukaan ku. “Tadi pagi, waktu Ibu
sedang memasak. Yoon Hye, cepat habiskan kimichi mu! Nanti kau terlambat”, kata
Ibu sambil memotong-motong daging asap. “Ibu, Negara Inggris itu pasti bagus
sekali, karikaturnya saja sangat indah apalagi jika aku bisa kesana, betulkan.
Wah, senangnya belum lagi ke Istana Ratu Elisabet V yang sedang memimpin
sekarang. Pasti keren”, ujar Yoon Hye sambil terkekeh. Ibu menjatuhkan
pisaunya, ku lihat raut wajah Ibu berubah. Ini kesekian kalinya ku lihat raut
wajah Ibu berubah jika aku membicararakan Inggris, apalagi Istananya. “Ibu, apa
Ibu baik-baik saja?” Tanya ku cemas. “Yoon Hye, ayo kita berangkat!”. “Nanti
kita terlambat Yoon Hye, cepat” ke dengar suara teman-teman ku memanggil. “Yoon
Hye, cepat berangkat! Kasihan teman-teman mu sudah menunggu” kata Ibu sambil
merapikan meja makan dan member ku kotak makanan. Aku pun bergegas, sebelum
keluar aku sempat menatap Ibu kembali terdiam. Entah apa yang dia pikirka, yang
pasti itu masalah yang rumit.
***
“Hey Yoon Hye, kenapa dari tadi
pagi kau melamun terus?” Tanya Hye Mi. “Iya betul. Kau kenapa?” ujar Chae Rim
sambil menyeruput minumannya. “Ah, tidak aku baik-baik saja” jawab ku pada
mereka. “Tapi raut wajah mu tidak mengatakan kau baik-baik saja?” Tanya Chae
Rim lagi. “Jangan-jangan kau sedang memikirkan Yi Soo ya?” teriak Hye Mi
kencang. “Apa?Yi Soo?” ekspresi wajah ku berubah. “Wah sepertinya tebakan mu
benar Hye Mi! Wah, kau hebat sekali Yoon Soo!” goda Chae Rim pada ku. “Apa?Yoon
Soo? Kau ini apa-apaan sih Chae Rim” ujar Yoon Hye tersipu malu. “Siapa yang memikirkan
Yi Soo?Apa kau Yoon Hye?. Aku terkejut tiba-tiba di depan ku berdiri Eon Joo
adik kelas di bawah ku 1 Tahun. Dia penggemar berat ku selalu muncul di mana
pun tak pernah terduga. Dia berkali-kali mengatakan bahwa dia mencintaiku, tapi
aku selalu menolak. Dia kan hanya bocah ingusan. “Aduh, Eon Joo sedang apa kau
disini? Mengganggu saja!” teriak Hye Mi. “Diam kau, hei, apa kau benar
memikirkan Yi Soo, Yoon Hye?” Tanyanya dengan menatpaku. Entah mengapa bibirku
sulit untuk berkata-kata. Aku melihat di balik kacamatanya yang bulat dan tebal
terdapat sepasang bola mata yang menusuk tajam ke arahku. “ Hei, kau ini hanya
adik kelas, bisa tidak untuk tidak ikut campur?” Seru Chae Rim. “Sudahlah lebih
baik kita tinggalkan saja dia. Ayo teman-teman” pinta ku sambil menarik mereka
pergi. “Yoon Hye, sampai mati pun aku akan tetap mencintaimu! Kau dengar itu!”
teriak Eoh Joo. Aku langsung berlari kencang meniggalkan Hye Mi dan Chae Rim.
***
Sepasang langkah kaki terdengar
di kejauhan. Bukan hanya sepasang. Tetapi brpuluh-puluh pasang. Bunyi pintu
terbuka terdengar perlahan. Lampu-lmapu ruangan semua telah dimatikan. Namun
hanya satu lampu berbentuk bunga lily tetap menyala terang. “Nyonya Besar, anda
memanggil kami” Tanya seorang perempuan cantik yang berwajah oriental. “Itu
betul, aku punya tugas penting untuk kalian cari dan temukan. Lalu bawa dia
pulang” jawab perempuan setengah baya yang sedang berdiri menghadap ke jendela
sambil memegang bunga lily ungu. “Isatana ini begitu hampa tanpa tawa dan
tangisan seorang gadis . Aku rindu padanya” jawab perempuan itu sendu. “Dia di
seoul……”
***
“Apa? Kau dapat nilai seratus
lagi?” Tanya Hye Mi tidak percaya. “Bukankah itu wajar? Justru aneh Yoon Hye tidak dapat nilai seratus! Selamat ya, kau memang sangat
hebat”, ujar Chae Rim. “Ah, biasa saja Chae Rim”, ujarku malu. “Kau ini, selalu
dapat nilai seratus! Apa semua dalam otakmu ini Inggris ya?” Tanya Hye Mi
seraya memukul kepalaku. “ Sakit, bodoh! Aku juga tidak tahu”. Kenapa di otakku
hanya ada Ingris, tidak yang lain”. Ujar Yoon Hye sambil mengelus kepalanya
yang dipukul Hye Mi. “Oh, iya aku sampai lupa, kalau tidak salah waktu tadi aku
ke toilet, ku dengar Yii Soo juga suka Inggris. Ia sekarang sedang sibuk denga
tugas membuat peta Negara yang disukai”, Jelas Chae Rim panjang lebar. Aku
langsung senang sekali, au tak menyangka kami punya persamaan. “Yoon Hye..” aku
menoleh kea rah suara yang memanggilku. “Ibu guru?ada apa?”
***
Tok… tok…tok suara pintu diketok.
“Iya, tunggu sebentar!” Ibu langsung membuka pintu. Betapa terkejutnya Ibu,
sekitar sepuluh orang lebih berseragam warna hitam berdiri depan Ibu. “Selamat
pagi, map apa ini rumah Kim Yoon Min?” Tanya satu-satunya gadis yang berpakaian
hitam. “Oh, iya. Ada apa?” jawab Ibu terbata-bata. “Aku Baek Hae Won, biasa
dipanggil pengawal Chee. Kedatangan ku kesini dalam rangka untuk memenuhi tugas
sang Ratu”, jelasnya. Ibu tersungkur ke lantai. Wajahnya berubah sepucat
kertas. “Apa?Apa kau bilang?” tanyanya sambil gemetar. “Kami dating kesini
untuk menjemput cucu Elisabet V yaitu Kim Yoon Hye. “Yoon, Yoon Hye….” Suara
Ibu gemetar. “Kebetulan kami membawa surat dari sang ratu” seraya menyerahkan
surat tersebut. Ibu mengambil surat itu dengan gemetar. “Ra…Ratu…”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar