Minggu, 17 Juni 2012

Aku Bukan Kim Yoon Hye


“Bangun Yoon Hye, ayo bangun anak nakal“ ku dengar suara Ibu memanggilku sambil membuka jendela kamar. “Yoon Hye, lihat sudah siang, matahari sudah ada di tengah. Apa kau tidak mau sekolah?” ujarnya sambil menarik-narik selimutku. “Ah Ibu, aku masih mengantuk”, ujarku menarik kembali selimut bergambar bunga lily tersebut. Ibu mensengus sejenak. “Baik  jika itu keinginanmu, Ibu akan membakar saja semua karikatur inggris yang baru saja dating itu”. Ibu pun keluar dari kamar. “Hah, karikatur? Apa sudah dikirim pikirku langsung keluar kamar dengan cepat menyusul Ibu. “Ibu, ibu, jangan dibakar dulu, Ibu “Kulihat Ibu tersenyum menatapku. “Hmm, kau ini benar-benar, hanya mau keluar dari kamar jika Ibu mengancam? Dasar anak nakal, cepat mandi nanti kau telat ke sekolah”, perintahnya lalu pergi menuju dapur. “Ibu, aku…… “Tanya Yoon Hye lalu terpotong oleh teriakan ibu yang memanggil namanya.
***
“Wah, bagus sekali Bu, kapan ini sampai?” Tanya ku sambil memakan kimichi kesukaan ku. “Tadi pagi, waktu Ibu sedang memasak. Yoon Hye, cepat habiskan kimichi mu! Nanti kau terlambat”, kata Ibu sambil memotong-motong daging asap. “Ibu, Negara Inggris itu pasti bagus sekali, karikaturnya saja sangat indah apalagi jika aku bisa kesana, betulkan. Wah, senangnya belum lagi ke Istana Ratu Elisabet V yang sedang memimpin sekarang. Pasti keren”, ujar Yoon Hye sambil terkekeh. Ibu menjatuhkan pisaunya, ku lihat raut wajah Ibu berubah. Ini kesekian kalinya ku lihat raut wajah Ibu berubah jika aku membicararakan Inggris, apalagi Istananya. “Ibu, apa Ibu baik-baik saja?” Tanya ku cemas. “Yoon Hye, ayo kita berangkat!”. “Nanti kita terlambat Yoon Hye, cepat” ke dengar suara teman-teman ku memanggil. “Yoon Hye, cepat berangkat! Kasihan teman-teman mu sudah menunggu” kata Ibu sambil merapikan meja makan dan member ku kotak makanan. Aku pun bergegas, sebelum keluar aku sempat menatap Ibu kembali terdiam. Entah apa yang dia pikirka, yang pasti itu masalah yang rumit.
***
“Hey Yoon Hye, kenapa dari tadi pagi kau melamun terus?” Tanya Hye Mi. “Iya betul. Kau kenapa?” ujar Chae Rim sambil menyeruput minumannya. “Ah, tidak aku baik-baik saja” jawab ku pada mereka. “Tapi raut wajah mu tidak mengatakan kau baik-baik saja?” Tanya Chae Rim lagi. “Jangan-jangan kau sedang memikirkan Yi Soo ya?” teriak Hye Mi kencang. “Apa?Yi Soo?” ekspresi wajah ku berubah. “Wah sepertinya tebakan mu benar Hye Mi! Wah, kau hebat sekali Yoon Soo!” goda Chae Rim pada ku. “Apa?Yoon Soo? Kau ini apa-apaan sih Chae Rim” ujar Yoon Hye tersipu malu. “Siapa yang memikirkan Yi Soo?Apa kau Yoon Hye?. Aku terkejut tiba-tiba di depan ku berdiri Eon Joo adik kelas di bawah ku 1 Tahun. Dia penggemar berat ku selalu muncul di mana pun tak pernah terduga. Dia berkali-kali mengatakan bahwa dia mencintaiku, tapi aku selalu menolak. Dia kan hanya bocah ingusan. “Aduh, Eon Joo sedang apa kau disini? Mengganggu saja!” teriak Hye Mi. “Diam kau, hei, apa kau benar memikirkan Yi Soo, Yoon Hye?” Tanyanya dengan menatpaku. Entah mengapa bibirku sulit untuk berkata-kata. Aku melihat di balik kacamatanya yang bulat dan tebal terdapat sepasang bola mata yang menusuk tajam ke arahku. “ Hei, kau ini hanya adik kelas, bisa tidak untuk tidak ikut campur?” Seru Chae Rim. “Sudahlah lebih baik kita tinggalkan saja dia. Ayo teman-teman” pinta ku sambil menarik mereka pergi. “Yoon Hye, sampai mati pun aku akan tetap mencintaimu! Kau dengar itu!” teriak Eoh Joo. Aku langsung berlari kencang meniggalkan Hye Mi dan Chae Rim.
***
Sepasang langkah kaki terdengar di kejauhan. Bukan hanya sepasang. Tetapi brpuluh-puluh pasang. Bunyi pintu terbuka terdengar perlahan. Lampu-lmapu ruangan semua telah dimatikan. Namun hanya satu lampu berbentuk bunga lily tetap menyala terang. “Nyonya Besar, anda memanggil kami” Tanya seorang perempuan cantik yang berwajah oriental. “Itu betul, aku punya tugas penting untuk kalian cari dan temukan. Lalu bawa dia pulang” jawab perempuan setengah baya yang sedang berdiri menghadap ke jendela sambil memegang bunga lily ungu. “Isatana ini begitu hampa tanpa tawa dan tangisan seorang gadis . Aku rindu padanya” jawab perempuan itu sendu. “Dia di seoul……”
***
“Apa? Kau dapat nilai seratus lagi?” Tanya Hye Mi tidak percaya. “Bukankah itu wajar? Justru aneh Yoon Hye tidak dapat nilai seratus! Selamat ya, kau memang sangat hebat”, ujar Chae Rim. “Ah, biasa saja Chae Rim”, ujarku malu. “Kau ini, selalu dapat nilai seratus! Apa semua dalam otakmu ini Inggris ya?” Tanya Hye Mi seraya memukul kepalaku. “ Sakit, bodoh! Aku juga tidak tahu”. Kenapa di otakku hanya ada Ingris, tidak yang lain”. Ujar Yoon Hye sambil mengelus kepalanya yang dipukul Hye Mi. “Oh, iya aku sampai lupa, kalau tidak salah waktu tadi aku ke toilet, ku dengar Yii Soo juga suka Inggris. Ia sekarang sedang sibuk denga tugas membuat peta Negara yang disukai”, Jelas Chae Rim panjang lebar. Aku langsung senang sekali, au tak menyangka kami punya persamaan. “Yoon Hye..” aku menoleh kea rah suara yang memanggilku. “Ibu guru?ada apa?”
***
Tok… tok…tok suara pintu diketok. “Iya, tunggu sebentar!” Ibu langsung membuka pintu. Betapa terkejutnya Ibu, sekitar sepuluh orang lebih berseragam warna hitam berdiri depan Ibu. “Selamat pagi, map apa ini rumah Kim Yoon Min?” Tanya satu-satunya gadis yang berpakaian hitam. “Oh, iya. Ada apa?” jawab Ibu terbata-bata. “Aku Baek Hae Won, biasa dipanggil pengawal Chee. Kedatangan ku kesini dalam rangka untuk memenuhi tugas sang Ratu”, jelasnya. Ibu tersungkur ke lantai. Wajahnya berubah sepucat kertas. “Apa?Apa kau bilang?” tanyanya sambil gemetar. “Kami dating kesini untuk menjemput cucu Elisabet V yaitu Kim Yoon Hye. “Yoon, Yoon Hye….” Suara Ibu gemetar. “Kebetulan kami membawa surat dari sang ratu” seraya menyerahkan surat tersebut. Ibu mengambil surat itu dengan gemetar. “Ra…Ratu…”
***

thanks dah dibaca please comentt :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar